Adsense

Wednesday, June 22, 2016

Gelombang Kopi dari Masa ke Masa

Ngopi. Salah satu life style yang faktanya sangat dekat dengan orang Indonesia ini makin ke sini makin diyakini sebagai hobi yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang mengklaim dirinya pecinta kopi. Namun, siapa sih yang sebetulnya bisa dibilang pencinta kopi sejati?

Kopi sendiri punya banyak macamnya. Di Indonesia saja kebiasaan ngopi tidak bisa digeneralisasi menjadi satu jenis kopi saja. Dari sabang sampai merauke kebiasaan ngopi sangat beragam dari mulai jenis kopi, metode penyeduhan, sampai tampilan sajiannya. Oleh karena itu, bicara tentang kopi di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari budaya. Jangankan bicara tentang aliran third wave coffee yang sekarang sedang digandrungi anak muda modern, persepsi tentang kopi di Indonesia pun masih berbeda-beda. Salahkah? tentu tidak. Menurut saya, ngopi adalah kegiatan yang sangat berkaitan dengan persepsi masing-masing orang, di mana tidak ada salah atau benar.

Sebelum berbicara tentang kopi, ada baiknya kita mengetahui aliran atau gelombang konsumsi kopi yang kita lalui sampai saat ini. Singkat cerita, budaya ngopi ini terbagi atas 4 (empat) gelombang, atau populernya disebut dengan four waves of coffee movement.


1. Gelombang 1 (First wave coffee)


Kopi Instan pada 1st Wave Coffee. Sumber : Ottencoffee
Gelombang pertama budaya kopi ini terjadi pada abad 18 sampai akhir 19an. Pada first wave ini melibatkan konsumsi kopi secara masal di seluruh dunia. Gelombang ini adalah kemunculan awal penikmat kopi. Kopi dianggap sebagai bahan konsumsi yang diproduksi secara massal baik itu dari mulai penanaman, roasting sampai pengemasannya. Pada periode ini konsumen yang mengonsumsi kopi tidak memikirkan secara detail mengenai kopi apa yang mereka minum. Masyarakat hanya menikmati kopi --simply just coffee. 


Salah satu jenis coffee drip machine  sederhana



Pada periode ini juga bermunculan kopi-kopi instan dalam kemasan baik itu kalengan atau plastik, sehingga konsumen tidak membutuhkan peralatan canggih untuk menikmati kopi. Pada akhir masa ini pula muncul automatic drip pertama. Mesin tersebut membantu penyeduhan kopi menggunakan mesin sehingga masyarakat hanya perlu mengisi air pada mesin saja untuk menikmati kopi.

Kegiatan menyangrai kopi (roasting) secara tradisional
Indonesia sendiri sampai saat ini masih sangat kental berada dalam budaya 1st wave coffee. Terbukti dengan masih banyaknya kebutuhkan masyarakat akan kopi instan yang sangat mudah diperoleh di manapun. Warung-warung kopi yang berada di sekeliling kita juga masih menggunakan kopi instan atau kopi 'kiloan' dalam proses bisnisnya. Hal ini sangat wajar karena aliran 1st wave coffee merupakan pembantuk utama budaya ngopi di Indonesia. Petani-petani tradisional masih sangat menghargai pembuatan kopi secara manual dan erat dengan peralatan sederhana di domisili nya. Bahkan untuk beberapa daerah di Indonesia, kopi seringkali dicampur dengan jagung atau bahan makanan lainnya untuk memperkaya rasa kopi yang dinikmati.



2. Gelombang 2 (Second wave coffee)


Gelombang ini dimulai pada akhir 90an. Rasa yang 'tidak cukup enak' dalam proses menikmati kopi di gelombang 1 memunculkan kebutuhan untuk membuat kopi yang lebih baik. Pada masa ini masyarakat menginginkan pengalaman berbeda dari konsumsi kopi yang secara umum hanya 'menubruk' kopi dengan air panas. Oleh karenanya muncul coffee shop yang mengandalkan 'seni' dalam pembuatan kopi. Beragam jenis kopi juga diakui dalam periode ini, begitupula jenis roasting apa yang digunakan. Minuman berbasis esspresso seperti cappuccino, latte dan sebagainya mulai populer pada masa ini. Starbucks berkembang pesat dalam periode ini. Masyarakat dimanjakan dengan pengalaman citarasa kopi dengan level yang lebih tinggi dan peralatan besar yang canggih.

Esspresso, si 'magic liquid'.



Di masa ini konsumen mulai diberikan pengalaman mencicipi jenis kopi dengan roasting yang berbeda-beda seperti medium atau dark roast. Namun penyajian kopi tersebut diserahkan sepenuhnya kepada produsen kopi, dalam hal ini penjual. Oleh karena itu pada masa ini konsumen 'dimanjakan' dengan tampilan kopi yang cantik, gurih dan lebih beragam jenisnya. Pada saat ini masyarakat Indonesia banyak menggandrungi second wave coffee. Coffee shop seperti Starbucks banyak menjadi coffeeshop favorit yang dijadikan pilihan oleh masyarakat untuk menikmati kualitas kopi yang lebih baik. Dari sini pula muncul beragam sajian kopi dari mulai kopi hitam/ long black sampai varian minuman kopi menggunakan bahan-bahan lainnya seperti caramel, mocha, coklat, dan lainnya.

Indonesia tampaknya agak 'terlambat' memasuki aliran second wave coffee ini. Berbeda dengan di Amerika, Inggris bahkan Itali yang sudah populer pada abad 19an, baru di akhir tahun 2000an second wave coffee menjadi populer di Indonesia.
Namun, masyarakat Indonesia sangat menikmati kualitas rasa yang dihasilkan dari second wave coffee ini. Terbukti dengan masa kemunculan Starbucks di Indonesia, makin banyak orang yang mengklaim dirinya penikmat kopi. Semakin banyak pula produsen kopi yang bermunculan dengan banyaknya coffee shop yang menjamur. Kebutuhan barista di Indonesia semakin meningkat seiring dengan penggemar kopi yang semakin meningkat. Kopi tidak hanya dipandang sebagai bahan makanan untuk orang dewasa saja, bahkan anak muda sangat menyenangi jenis kopi ini.



3. Gelombang 3 (Third wave coffee)


Brewing menggunakan Kalita Wave
Gelombang ini dimulai pada awal 2000an, sampai saat ini. Ternyata kebutuhan ngopi masyarakat tidak selesai sampai penyajian kopi melalui peralatan canggih untuk memunculkan kopi yang 'enak'. Melalui scientific methods tertentu, ternyata masyarakat dapat memperoleh pengalaman ngopi yang jauh lebih 'enak' dari pada di gelombang 2. Gelombang ini lebih menekankan kepada karakter masing-masing biji kopi dan metode yang digunakan dalam penyeduhan. Pada gelombang sebelumnya, cara pour over, esspresso atau french press merupakan cara-cara yang paling populer dalam menikmati kopi. Di periode ini, para penikmat dan 'scientist' kopi menemukan cara yang lebih sophisticated dan 'terukur' dalam pembuatan kopi. Semua itu dilakukan tidak lain untuk menikmati kopi yang lebih enak dari pada sebelumnya.
Pada periode ini bermunculan metode 'manual brewing' yang melibatkan peralatan khusus dalam penyeduhan kopi. Sebut saja : V60, Chemex, Aeropress, Kalita Wave bahkan bermunculan teknik penyeduhan lainnya seperti cold brew yang menggunakan air dingin untuk membuat minuman kopi. Metode-metode tersebut melibatkan seni dan ilmu sains yang sangat terukur untuk menciptakan kopi yang enak. Oleh karena itu 'tweak' untuk temperatur air, kehalusan grinding, pressure dan variabel lainnya sangat diperhatikan dalam aliran third wave coffee ini. Para penikmat third wave coffee lebih 'menghargai' pembuatan kopi dibandingkan dengan hasil akhir dan tampilan sajian kopi itu sendiri.
Dalam periode ini, konsumen dimanjakan dengan beragam karakteristik kopi yang dimungkinkan terjadi dalam sekantong coffee beans. Namun, aliran gelombang 2 atau secondwave coffee juga tidak serta merta ditinggalkan dalam periode ini. Alat canggih seperti grinder (alat penggiling kopi) masih sangat berpengaruh dalam periode ini. Bedanya, kualitas kopi yang dihasilkan jauh lebih 'detail', tidak hanya enak tapi 'filosofis'.

Salah satu metode pembuat kopi : Chemex.



4. Gelombang 4 (Fourth Wave Coffee)

Apakah gelombang 4 dalam proses bisnis kopi ini akan muncul? Kita lihat saja nanti. Yang pasti, pada periode ini penikmat kopi akan jauh menghargai proses pembuatan kopi dari mulai planting sampai hasil yang diperoleh ke cangkir di tangan anda. Proses ini dilihat sangat 'transparan' sehingga konsumen akan jauh lebih berperan dalam pengalaman menikmati kopi dari pada periode sebelumnya. Dari mulai petani kopi, roaster, barista sampai penikmat kopi sangat dihargai eksistensinya terutama skill nya. Sebenarnya gelombang ini sudah mulai dirasakan dari kemunculan third wave coffee. Namun periode ini akan jauh lebih mengintegrasikan proses bisnis kopi dari hulu ke hilir sehingga lebih memajukan industri kopi itu sendiri.



Nah, kira-kira kita sedang pada periode apa ya dalam menikmati secangkir kopi? Tentu tidak ada keharusan bahwa penikmat kopi sejati harus mencapai fase tertentu. Bahkan antara gelombang yang satu dan yang lainnya bukan merupakan periode yang terpisah, tetapi masih beririsan satu sama lain. Gelombang atau coffee waves ini pada dasarnya menyempurnakan pengalaman kopi dari periode sebelumnya. Dengan kemajuan teknologi dan sains yang semakin mumpuni, tidak mustahil di periode-periode berikutnya pengalaman menikmati kopi jauh lebih 'ajaib' dan canggih.

Selamat ngopi!





1 comment:

  1. AGENS128 Adalah Situs Judi Online Taruhan Sepak Bola, Casino, Sabung Ayam, Tangkas, Togel & Poker Terpopuler di Indonesia
    Pasang Taruhan Online Melalui Agen Judi Terpercaya Indonesia Agens128, Proses Cepat, Banyak Bonus, Online 24 Jam dan Pasti Bayar!
    Sabung ayam
    sbobet online
    casino online
    tembak ikan
    daftar bisa langsung ke:
    LINE : agens1288
    WhatsApp : 085222555128

    ReplyDelete

Comments system

Disqus Shortname