Adsense

Friday, July 22, 2016

Jenis-Jenis Penyeduhan Kopi : Automatic Brewing (Part 2)

Melanjutkan posting sebelumnya, mari kita bahas mesin pembuat kopi pada kali ini. Tentu saja pembuatkan kopi dengan mesin tidak se 'melelahkan' membuat kopi dengan menggunakan peralatan manual brewing. But again, it depends on the man behind the tools. Karena pada dasarnya membuat kopi menggunakan mesin sudah sangat terbantu oleh mesin itu sendiri.

Coffee machine dibagi menjadi beberapa jenis dari mulai yang low end sampai yang high end. Tentu kualitasnya pun sangat berbeda. Harga berkisar dari mulai ratusan ribu sampai ratusan juta. Semua itu tergantung dari tujuan penggunaannnya. Mari kita bahas mulai dari mesin yang paling sederhana.

Coffee Maker
Coffee Maker
Coffee maker adalah alat pembuat kopi yang sangat mudah diperoleh di mana saja. Untuk mesin yang paling sederhana, biasanya memiliki range harga sekitar 150 ribu sampai satu jutaan rupiah, sistem kerja alat ini juga sangat simple. Oleh karena itu jangan membahas tentang coffee notes, pressure, atau temperature dengan mesin ini. Cara kerja alat ini sangat sederhana. Kopi yang dimasukkan ke dalam filter kopi akan disiramkan oleh air panas yang dipanaskan oleh boiler. Just like that easy. Yang kita butuhkan hanyalah memasukkan kopi bubuk ke dalam filter, masukkan air matang (dingin), tekan tombol, dan beberapa menit kemudian mesin akan mengeluarkan kopi hitam ke servernya. Hampir semua jenis kopi bisa kita gunakan di mesin ini, but again, don't expect a good high quality of coffee you'll get. Pada dasarnya, mesin ini hanya membantu anda menyeduh kopi, dan menyaring ampasnya. 

Coffee Capsule
Salah satu coffee capsule
Malas menyiapkan bubuk kopi untuk mendapatkan secangkir kopi? Mungkin coffee capsule bisa anda gunakan. Anda hanya perlu memasukkan 'kapsul' yang berisi bubuk kopi ke dalam mesin tersebut. Tekan tombolnya, dan mesin akan mengucurkan air panas dengan pressure tertentu untuk menghasilkan kopi dari kapsul tersebut ke cangkir kopi anda. Kapsul yang digunakan berisi bubuk kopi yang sudah dikemas dan biasanya dipacking sesuai dengan jenis mesinnya. Tidak semua jenis coffee capsule memiliki bentuk yang sama. Bagi saya, hal ini sangat merepotkan. Kita hanya bisa menikmati satu jenis kopi saja yang sudah dikeluarkan oleh pabrikan. Saya lebih suka menggunakan coffee maker yang jenis kopi nya bisa saya pilih sendiri kuantitas dan jenisnya. Satu buah kapsul saja harganya sekitar 5 ribu rupiah sampai 15 ribu rupiah. Agak 'kemahalan' untuk secangkir kopi instan. But again, it's up to you.

Automatic Coffee Machine
Berbeda dengan jenis mesin kopi sebelumnya, coffee machine yang satu ini lebih 'menghargai' kesegaran kopi yang digunakan dengan cara menggiling biji kopi sebelum diseduh. Jenis mesin seperti ini jauh lebih mahal dari pada jenis sebelumnya karena selain menyeduh kopi, mesin ini harus juga menggiling kopi. Kita hanya perlu menekan satu tombol, dan muncullah espresso di hadapan kita. 
Automatic Coffee Machine
Jenis mesin seperti ini tersedia dengan harga belasan juta sampai ratusan juta rupiah. Tergantung kualitas konsistensi kopi nya. Pada gerai-gerai Starbucks di Indonesia, mereka juga seringkali menggunakan mesin yang sudah ada penggilingnya langsung, meskipun tidak semua kedai menggunakannya. But again, jenis mesin seperti ini bukan favorit barista. Mereka seringkali dikendalikan oleh mesin, padahal barista sangat membutuhkan peralatan yang bisa di-tweak sesuai dengan karakteristik biji kopi atau output yang mereka inginkan.

Semi Automatic/ Manual Espresso Machine
Mesin espresso seperti ini yang paling sering kita jumpai di kedai-kedai kopi biasanya. Harga dari mesin ini sekitar belasan juta sampai ratusan juta rupiah, tergantung kualitas dan kegunaannya. Barista sangat menyenangi jenis mesin seperti ini. Grinder yang digunakan untuk menggiling kopi juga dibuat terpisah. Memang, membuat kopi akan cukup 'melelahkan' karena mesin yang digunakan berbeda-beda. Namun tentu kualitas kopi akan lebih mudah kita kendalikan karena orang yang bermain di belakang mesin akan sangat mempengaruhi kualitas kopi tersebut. Dari mulai proses grinding, grind size, tamping, water pressure serta temperatur dapat dengan mudah di-adjust pada espresso machine manual. Untuk lebih lanjut mengenai mesin espresso, silakan baca postingan kami di sini.


Jadi, jenis mesin apa yang kamu inginkan?

Friday, July 8, 2016

Jenis-jenis Penyeduhan Kopi (Part 1) Manual Brewing

V60 - Frenchpress - Syphon - Kettle - Aeropress - Chemex - Pourover

Bicara tentang kopi, wawasan kita tentu tidak boleh terbatas pada satu jenis penyeduhan. Ternyata ada beberapa jenis penyeduhan pada kopi. Secara general, penyeduhan kopi terbagi atas 2 (dua) jenis penyeduhan yaitu manual dan otomatis.

Determinasi penyeduhan kopi ini secara lebih jelas dibedakan pada third wave coffee. Dahulu, penyeduhan kopi lebih populer dengan cara di'tubruk'. Di Indonesia, cara penyeduhan seperti ini paling populer, karena tidak memerlukan bahan atau peralatan yang sulit. Selama ada bubuk kopi dan air panas, semua bisa ngopi enak.
Tentu hal ini tidak salah, semua orang dan semua budaya punya caranya tersendiri dalam menikmati kopi. Namun, agar pengetahuan kita lebih luas, mari kita pelajari beragam cara penyeduhan mulai dari manual sampai otomatis.

Manual Brewing
Pada dasarnya pembeda antara manual dan otomatis adalah ada atau tidaknya penggunaan alat bertenaga listrik. Manual brewing adalah penyeduhan kopi tanpa menggunakan energi listrik dalam pelaksanaannya. Metode ini melibatkan ketelitian manusia nya dalam melakukan penyeduhan. Hal ini sebenarnya jauh lebih melibatkan hampir seluruh indra manusia antara lain penglihatan, perasa, pengecapan, dan penciuman. Berbeda dengan penyeduhan otomatis, manusia/ man sangat berperan dalam baik atau tidaknya kopi tersebut diseduh. Sebaliknya, alat/ machine tidak begitu banyak berpengaruh selama proses penyeduhan tersebut dapat dilakukan dengan benar.
fase blooming pada penyeduhan dengan V60
Beberapa jenis alat yang dilakukan dalam penyeduhan manual/ manual brewing method antara lain V60, French press, Chemex, Syphon, Aeropress, Vietnam Drip dan lainnya. Bermunculan pula metode-metode baru dengan melibatkan produk tertentu antara lain Kalita Wave, Kinto Faro, Eva Solo, dan lain sebagainya. Alat-alat tersebut muncul untuk melengkapi metode manual brewing yang satu dengan yang lainnya. Bentuk ergonomis, material serta komponen-komponen lain pada alat-alat tersebut dipercaya dapat memberikan cita rasa tertentu pada kopi saat diseduh. 

Hal yang paling penting dalam melakukan proses penyeduhan manual adalah ketelitian dan keakuratan baik itu dari segi amount (jumlah) dan time (waktu). Temperatur juga menjadi salah satu hal yang penting agar cita rasa yang dibawa oleh biji kopi tidak hilang tertelan panasnya air. Oleh karena itu, bicara tentang kopi, terutama penyeduhan manual, artinya kita bicara tentang sains. Ada zat-zat tertentu pada kopi yang akan muncul pada keadaan tertentu, ada pula yang akan hilang bila kita melakukannya dengan tidak benar. Artinya, sebagai barista, atau coffee brewer, menjadi hal yang penting bagi kita untuk memperhatikan waktu penyeduhan dan berat materi/ bahan yang akan kita gunakan. Timer, scale, juga thermometer merupakan hal wajib yang dimiliki oleh manual coffee brewer disamping alat-alat penyeduhannya.

Kesegaran Biji Kopi yang Utama
Grinder yang baik menghasilkan penyeduhan yg baik juga
Jangan lupa, kesegaran biji kopi adalah hal yang harus diperhatikan. Tidak hanya pada manual brewing, pada penyeduhan otomatis pun ini sangat penting. Biji kopi yang freshly roasted and grinded, dan tidak melebihi waktu 3 minggu (di tempat yang rapat) memiliki kualitas yang baik untuk diseduh. Apabila sudah melewati dari waktu tersebut, CO2 yang dihasilkan dari penyeduhan tidak bisa keluar dengan maksimal dari kopi tersebut. Artinya, proses blooming tidak akan terjadi dengan optimal. Biji kopi harus secara langsung di-grind sebelum diseduh. Hal ini akan meminimalisasi oksidasi yang terjadi pada kopi.

Aeropress

Jangan Takut Salah
Tentu tidak ada barista yang langsung mahir pada pertama kali membuat kopi. Dibalik kopi yang enak diperlukan latihan yang berulang ulang. Tidak perlu takut memulai membuat kopi dengan manual brewing. Seberapa banyak kopi yang digunakan atau seberapa lama proses penyeduhan adalah angka-angka yang tidak statis dan dapat dimodifikasi tergantung keinginan barista sesuai dengan cita rasa yang diinginkan. Banyak aplikasi di Iphone maupun android yang sangat membantu bagi barista atau pemula dalam melakukan manual brewing, diantaranya SlowBar, KoHi, Coffee Brew App, dan lain sebagainya. 

Mulai dari yang paling mudah
French press merupakan alat manual brewing yang cukup mudah dan tidak membutuhkan banyak usaha dalam penyeduhannya. Untuk pemula, alat ini bisa menjadi pilihan yang baik dalam koleksi perkopian kamu. Setelah itu silakan coba V60 atau Kalita Wave untuk merasakan nikmatnya kopi dengan paper filter

Wednesday, June 29, 2016

Mesin Espresso, Pentingkah Memilikinya?





Bagi para pecinta kopi, terutama barista, mesin espresso adalah suatu barang yang hampir wajib dimiliki. Namun hal ini cukup menyulitkan karena selain harganya juga lumayan tinggi, penggunaan listriknya juga tidak main-main. Paling tidak harus menyediakan 1500 watt untuk melakukan penyeduhan. Namun hal itu sangat sebanding dengan pengalaman yang diperoleh. Selain membuat espresso, kita juga bisa membuat jenis kopi dengan basis espresso lainnya seperti latte, cappuccino, flat white dan lainnya. Tuas frother yang dimiliki oleh mesin espresso sangat membantu barista untuk membuat volume pada susu sehingga dapat berkreasi membuat beragam jenis kopi.

Slayer, Single Group. Harga di atas $ 7ribu
Bicara tentang mesin espresso, tentu pilihan barista tertuju pada merek-merek legend seperti La Marzocco, atau Slayer. Merk-merk tersebut memang rajanya mesin espresso dan kualitasnya tidak bisa diragukan lagi. Oleh karena itu untuk cafe atau restoran yang memang menginginkan kualitas kopi terbaik memilih merk tersebut untuk mendapatkan konsistensi rasa dan kenyamanan barista dalam pembuatan kopi. Namun, merk tersebut untuk single group saja membanderol paling tidak di atas 90 juta rupiah! Apalagi untuk double atau triple group head. Harganya bisa sebanding dengan satu buah mobil mewah. 

Memang, ada merk tertentu yang cukup terkenal, sebut saja sekelas Vibiemme, Vivaldi atau Sanremo yang mungkin bisa kita peroleh di harga 25-40 jutaan dengan jenis satu group head. Namun ada keterbatasan yang dimiliki mesin seperti itu bila digunakan untuk keperluan commercial. Tetapi, untuk menjadi barista rumahan terlebih untuk tujuan dikonsumsi sendiri atau dengan teman-teman, mesin seharga tersebut sudah lebih dari cukup. Saat ini cukup banyak coffee shop kelas kecil sampai menengah menggunakan mesin dengan satu grup head dengan harga menengah ke bawah. 

La Marzocco, the legendary.

Tujuan Penggunaan

Dalam memutuskan beli mesin espresso, perlu banyak hal yang kita ketahui. Yang paling penting adalah tujuannya untuk apa? Tentu apabila tujuannya untuk bisnis kebutuhan mesin berbeda dengan untuk kebutuhan rumahan. Hal ini dilihat dari ketangguhan mesin yang mampu tetap memiliki temperatur stabil meskipun dipakai berulang-ulang. Kecuali bila anda berharap cafe anda tidak banyak pengunjungnya. Tapi tidak mungkin, kan?

Berbeda dengan kepentingan hobi atau keperluan rumahan, saya rasa mesin dengan harga 25-40 jutaan pun sudah bisa memenuhi kebutuhan ngopi kita dan teman-teman-- yang mungkin paling sering dilakukan 2 kali sehari. Mesin seperti ini juga cukup bisa menjadi teman setia dalam melatih barista dalam membuat latte art. Memang, kebutuhan listriknya cukup tinggi. Tapi ada rupa ada harga. Saya rasa mesin espresso seharga 25 juta ke atas sudah sangat mumpuni dan worth it untuk kebutuhan latihan bagi pemula atau barista. Memang, ada juga mesin espresso yang harganya belasan juta dengan namun dilihat dari kapasitas boiler, stabilitas panas dan konsistensinya pasti akan berbeda dengan mesin yang harganya di atas itu. Body yang dimiliki juga biasanya tidak sekokoh mesin di atasnya yang stainless steel, biasanya terbuat dari plastik atau sejenisnya.

La Marzocco Single Group.
Lebih penting Grinder
Utility yang jauh lebih penting dari pada mesin espresso adalah grinder. Tanpa grinder yang baik, kualitas espresso tidak akan dicapai dengan maksimal. Bahkan pada semua jenis penyeduhan. Saran saya, beli lah grinder yang berkualitas paling tidak seharga di atas 5 juta. Grinder seperti ini biasanya memiliki berat lebih dari 3 kg dan mampu menggiling kopi dengan tingkat kehalusan fine untuk espresso. Tidak hanya untuk espresso, grinder yang bagus akan memudahkan anda dalam menyeduh kopi apapun.

Nuova Simonelli Oscar, harga belasan juta rupiah.
Investasi mesin espresso dalam sebuah start up atau bisnis pemula memang cukup penting. Hal ini dapat merepresentasikan keseriusan bisnis coffee shop yang akan kita miliki. Namun, hal tersebut tidak menjamin keberhasilan sebuah cafe. Saat ini banyak sekali kedai kopi yang sama sekali tidak menggunakan mesin espresso dalam proses bisnisnya. Metode manual brewing bisa menjadi pilihan yang tepat untuk memulai bisnis kopi. Harganya sangat terjangkau dan penggunaannya pun sangat mudah. Membuat cappuccino atau latte pun bisa menggunakan alat seduh lain, misalnya moka pot. 
Namun memang ada tantangan sendiri bagi barista untuk melakukan bisnis kopi berbasis manual brewing

Secara umum berikut summary penggunaan espresso mesin dari kelas tinggi, menengah dan ke bawah.


Harga di atas 40 juta (single group)
  • Dapat digunakan untuk kebutuhan komersial menengah ke atas
  • Mampu melayani pengunjung di atas 50 orang per hari.

Harga sekitar 25 s/d 40 juta
  • Dapat digunakan untuk kebutuhan komersial menengah ke bawah
  • Mampu melayani pengunjung di bawah 50 orang per hari
  • Stabilitas temperatur boiler terkadang kurang stabil dan butuh waktu untuk re-heat boiler apabila terlalu banyak pengunjung.
 
Harga di bawah 20 juta
  • Digunakan untuk keperluan rumahan/ pribadi
  • Kapasitas boiler terbatas
 
 
So, silakan tentukan sendiri, cukup pentingkah mesin espresso bagi anda?
Kalau bagi saya.. untuk menyempurnakan kompetensi barista terutama latte art, tentu saja penting.. he he he..

Tuesday, June 28, 2016

Membuat Espresso

Metode penyeduhan yang populer di kalangan barista pecinta latte art adalah menggunakan espresso machine. Espresso sendiri adalah cairan hasil dari esktrasi kopi yang diperoleh dari penggunaan mesin espresso. Pada dasarnya espresso diperoleh dari kopi yang disemburkan oleh tekanan air panas sehingga menghasilkan crema. Hal ini hanya bisa dilakukan dengan mesin espresso, oleh karena itu disebut dengan automatic brewing.
Espresso merupakan dasar cairan yang digunakan untuk membuat cappuccino, latte, ristretto, macchiatto, you named it... Susu merupakan bahan tambahan untuk melengkapi espresso dalam menikmati jenis kopi tersebut. Untuk coffee addict, menyesap secangkir espresso lebih menyenangkan dari pada menambah bahan lain pada kopi nya. Oleh karena itu, don't call yourself a coffee addict when you can't stand sipping a cup of espresso!

Penting untuk menggunakan scale
Untuk membuat secangkir espresso, tidak sesederhana menyeduh kopi dengan metode manual brewing. Anda harus memiliki satu set espresso machine, a good grinder, scale dan juga tamper. Scale/ timbangan seringkali dilewatkan untuk melakukan penyeduhan ini. Namun, bicara kopi tidak hanya bicara selera. Kopi adalah sesuatu yang scientific, sehingga perlu ketelitian dalam penyeduhannya.





Berikut cara penyeduhan menggunakan espresso machine


  1. Pastikan mesin espresso sudah terpasang dengan baik. Suhu standar yang digunakan biasanya sekitar 92-96 derajat celcius dengan pressure sekitar 9 atm. Biasanya mesin espresso dapat di-tweak dengan mudah untuk mendapatkan angka-angka tersebut.
  2. Giling biji kopi dengan tingkat kehalusan 'fine' untuk espresso. Untuk memperoleh hasil grinding yang bagus memang dibutuhkan grinder yang berkualitas. Oleh karena itu investasi grinder sangat penting dalam pembuatan espresso. Kopi yang baru digiling akan sangat baik menghasilkan crema.
  3. Leveling coffee ke dalam portafilter adalah suatu hal yang penting. Bisa menggunakan cari atau pisau/ alat lainnya. Biasanya digunakan 18 gram kopi untuk menghasilkan 36 gr cairan espresso nantinya. Oleh karena itu penggunaan timbangan cukup penting di sini. 
    Penggunaan scale untuk hasil yang optimal
  4. Ratakan kopi di dalam portafilter menggunakan tamper. Penekanan kopi dengan tamper ini sangat penting untuk menghasilkan kualitas espresso yang baik. Tekanan yang terlalu sedikit membuat cairan keluar terlalu cepat dan asam. Tekanan yang terlalu banyak membuat cairan keluar terlalu lama dan rasa espreso cenderung pahit. So, tamping is a bit tricky here. Namun tentu saja jam terbang akan membuat anda terbiasa.
  5.  Adjust portafilter ke grouphead. Pull a nice shot.
  6. Ekstraksi kopi biasanya menghabiskan waktu sekitar 25-30 detik untuk menghasilkan 36 gram cairan espresso atau sekitar 1.5 oz. 
  7. Pastikan ada crema yang muncul pada espresso anda. That makes an espresso espresso.
  8. Enjoy your espresso.

Tamping coffee on portafilter
Namun tentu penggunaan angka-angka di atas bukanlah standar. Mesin tertentu mungkin menggunakan standar baku yang berbeda. Selain itu jenis biji kopi serta hal lainnya merupakan variabel yang sangat mempengaruhi hasil akhir espresso. Untuk membuat espresso yang baik tetntu membutuhkan latihan yang banyak. Practice makes perfect!



Pulling a good shot



   


Istilah-istilah yang umum dalam penyeduhan espresso :

  • Portafilter : salah satu bagian dari mesin espresso yaitu tempat disimpannya bubuk kopi sekaligus keluarnya cairan espresso 
  • Grouphead : salah satu bagian yang menempel di mesin espresso, tempat diletakkannya portafilter.
  • Leveling : Meratakan bubuk kopi di portafilter
  • Tamper : Alat untuk menekan bubuk kopi di portafilter
  • Scale : Alat timbangan (biasanya digital) yang digunakan untuk menimbang kopi maupun output penyeduhannya.

Sunday, June 26, 2016

Seduh kopi nikmat dengan Hario V60

Salah satu cara penyeduhan kopi yang hasilnya sangat clean dan aromatic adalah melalui Hario V60. Alat ini merupakan hasil teknologi dari Hario yang dibuat oleh perusahaan Jepang. Jepang memang pusatnya teknologi untuk perkopian.

V60 sendiri dinamai demikian karena 'corong' yang digunakan untuk menyeduh kopi menggunakan sudut elevasi 60 derajat. Hal ini dibuat agar air dapat mengalir dengan baik ke tengah sesuai dengan waktu yang ditentukan. V60 juga memiliki lubang yang cukup besar di tengahnya sehingga membuat barista dapat mencapai rasa yang diinginkan sesuai dengan kecepatan aliran air yang dituangkan. Selain itu, pola spiral yang ada di permukaan corong V60 memungkinkan aliran air lebih merata dengan bubuk kopi di dalamnya. Well, terdengar agak rumit di telinga ya? Tapi kalau kamu sudah pernah mencoba sekali menggunakan metode ini, tidak sesulit yang dibayangkan kok. 

Penyeduhan kopi dengan V60
V60 banyak dijual di toko yang menyediakan peralatan kopi. Besarannya tergantung kebutuhan ada yang 1-2 cup sampai untuk 6 cup. Harganya beragam tergantung dari materialnya. Ada yang terbuat dari plastik maupun keramik. Mana material yang paling bagus? Sebenarnya itu tergantung pada cara penyeduhan anda. Pada dasarnya material yang digunakan tidak begitu signifikan terhadap rasa yang dihasilkan pada kopi. Namun memang, material yang terbuat dari keramik jauh lebih kokoh dan cantik dari pada plastik, bukan?
Paper filter juga merupakan satu aspek penting dalam penyeduhan ini. Terdapat beragam jenis paper filter V60 yang beredar di pasaran. Namun saya merekomendasikan paper filter dengan kualitas yang baik, ringan, dengan tekstur yang baik pula. Paper filter dengan bahan pewarna kertas yang terlalu banyak akan merusak rasa kopi dan juga menghasilkan aroma yang papery.

Barista menyeduh kopi dengan V60
Dalam melakukan penyeduhan V60 ini perlu diingat bahwa kualitas kopi adalah bahan yang paling utama. Apabila kopi yang kamu digunakan fresh, maka hasilnya pun akan lebih optimal dari pada kopi yang sudah digiling lebih dari 1 minggu. Selain itu, untuk mengoptimalisasi penyeduhan, biasakan gunakan timbangan/ scale serta termometer untuk memastikan suhu air yang kita gunakan tepat, sehingga tidak ada rasa burnt dalam penyajiannya.

Berikut cara penyeduhan V60
  1. Siapkan V60 serta paper filter nya di atas server. Apabila tidak ada server, bisa menggunakan mug.
  2. Tuangkan air panas ke atas paper filter agar rasa kertas hilang dari permukaan paper filter. 
  3. Selain itu air panas juga berguna untuk menghangatkan server/ mug yang digunakan agar panas yang dihasilkan oleh kopi lebih lama.
  4. Masukkan 20 gram biji kopi yang digiling dengan tingkat kehalusan medium coarse ke dalam filter, ratakan.
  5. Mulai penyeduhan dengan cara menuangkan 60 gram air panas dengan suhu 96 derajat Celcius.
  6. Aduk perlahan dengan sendok, biarkan blooming selama 35 detik.
  7. Lanjutkan dengan menuangkan air ke atas filter dengan arah memutar dari tengah ke luar, tanpa mengenai filter sampai 286 gram. Proses ini sebisa mungkin mencapai waktu 2 menit 30 detik.
  8. Setelah seluruh air surut, pindahkan filter, gerakkan server/ mug yang sudah terisi kopi dengan arah memutar agar seluruh cairan teraduk rata dengan konsisten.
  9. Kopi nikmat siap dinikmati.

Proses blooming V60
Angka-angka yang tertera dalam resep penyeduhan V60 ini bukanlah angka baku. Untuk memperoleh rasa yang lebih pekat, kamu bisa memainkan jumlah kopi yang diseduh, atau untuk memperoleh body yang maksimal, tingkat kehalusan dalam grinding coffee juga bisa di-tweak sesuai kebutuhan selama masih dalam batas karakteristik biji kopi yang digunakan.

Selamat mencoba dan menikmati kopi V60!

Thursday, June 23, 2016

French Press : Metode Manual Brewing untuk Body yang Maksimal


Suka dengan kopi yang pekat atau istilahnya 'full bodied?'. French press tampaknya bisa jadi metode yang tepat buat kamu menikmati kopi enak. Metode ini cukup mudah dan tidak membutuhkan peralatan canggih. Kamu bisa mendapatkan alat french press di mana saja, biasanya di toko serba ada atau di toko peralatan dapur. 

Metode French press sebenarnya bukan merupakan metode baru dalam penyeduhan kopi. French press, atau coffee plunger, sudah muncul di abad 18an namun penggunaannya belum memaksimalkan ekstrasi kopi yang perlu ketelitian dalam pembuatannya. Pada masa sekarang ini, french press masih populer dan menjadi pilihan pecinta kopi untuk memperoleh kopi dengan body yang baik. Hal ini terjadi karena lubang yang ada pada filter french press tidak serapat filter pada Hario V60 atau Chemex atau alat brewing lainnya. Semakin besar lubang filter, semakin banyak body kopi yang tidak tersaring. Hal ini yang membuat kopi terasa lebih 'kental' dan pekat.



Berikut cara penyeduhan french press. 

1. Giling kopi, bisa menggunakan grinder manual atau otomatis, dengan tingkat kehalusan medium coarse.
Timbang kopi dengan perbandingan 18 gram-20 gram untuk penyeduhan per 800 gram air.

Giling kopi dengan grinder
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, gunakan timbangan dalam menyiapkan grinded coffee dan air.

2. Panaskan air sampai dengan suhu kurang lebih 90 derajat celcius. Apabila tidak punya termometer, biarkan air panas 1 menit setelah mendidih. Suhu air kurang lebih akan mencapai temperatur yang sesuai. Air yang terlalu panas (di atas 100 derajat) akan membuat kopi menjadi burnt sehingga kehilangan karakteristik biji kopi di dalamnya.


3. Tuangkan bubuk kopi ke dalam french press, masukkan air panas secara perlahan sampai 1/3 terisi.
Biarkan kopi mengalami proses blooming, hal ini ditandai dengan keluarnya gas CO2 pada kopi sehingga menimbulkan buih. Proses blooming ini menandakan kualitas kopi yang kamu gunakan masih sangat fresh.

4. Lanjutkan mengisi air panas ke dalam french press, kemudian aduk rata.

5. Tutup frenchpress (jangan ditekan) dan tunggu sekitar 4 menit agar kopi secara optimal mengalami proses ekstraksi. Untuk hasil yang maksimal bisa menggunakan timer.
Jangan biarkan kopi terlalu lama direndam 

Pindahkan kopi ke server














6. Setelah 4 menit berlalu, tekan french press perlahan sampai ke dasar. Agar kopi tidak overextracted, pindahkan cairan kopi ke server atau langsung sajikan ke gelas. Kopi yang dibiarkan direndam terlalu lama akan terlalu 'matang' sehingga karakteristik kopi akan hilang.

7. Enjoy! 




Membuat foamed milk dengan French Press

Selain itu alat french press juga bisa digunakan untuk membuat teh dan mengentalkan susu lho! Bagi kamu yang ingin merasakan cappuccino atau latte tapi tidak punya frother untuk membuat foam pada susu, gunakan french press. Caranya sangat mudah, panaskan susu segar di atas api atau microwave dan jangan biarkan sampai mendidih. Setelah agak beruap, masukkan ke dalam french press dan tekan-tarik french press beberapa kali dengan cepat sampai volume susu akan bertambah. Udara yang dihasilkan dari pengocokan tersebut akan membuat susu mengembang dan teksturnya cukup baik untuk membuat latte atau cappuccino. Amazing!


credit to : www.sweetestkitchen.com

Tips membeli alat french press :

  • Pilih french press yang filternya menyentuh dasar wadah (tidak menggantung), agar pressure yang dihasilkan dalam ekstraksi kopi lebih maksimal
  • Pilih yang memiliki bahan solid dan clear seperti kaca, agar lebih mudah melihat proses blooming dan takaran air yang tepat.


Wednesday, June 22, 2016

Gelombang Kopi dari Masa ke Masa

Ngopi. Salah satu life style yang faktanya sangat dekat dengan orang Indonesia ini makin ke sini makin diyakini sebagai hobi yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang mengklaim dirinya pecinta kopi. Namun, siapa sih yang sebetulnya bisa dibilang pencinta kopi sejati?

Kopi sendiri punya banyak macamnya. Di Indonesia saja kebiasaan ngopi tidak bisa digeneralisasi menjadi satu jenis kopi saja. Dari sabang sampai merauke kebiasaan ngopi sangat beragam dari mulai jenis kopi, metode penyeduhan, sampai tampilan sajiannya. Oleh karena itu, bicara tentang kopi di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari budaya. Jangankan bicara tentang aliran third wave coffee yang sekarang sedang digandrungi anak muda modern, persepsi tentang kopi di Indonesia pun masih berbeda-beda. Salahkah? tentu tidak. Menurut saya, ngopi adalah kegiatan yang sangat berkaitan dengan persepsi masing-masing orang, di mana tidak ada salah atau benar.

Sebelum berbicara tentang kopi, ada baiknya kita mengetahui aliran atau gelombang konsumsi kopi yang kita lalui sampai saat ini. Singkat cerita, budaya ngopi ini terbagi atas 4 (empat) gelombang, atau populernya disebut dengan four waves of coffee movement.


1. Gelombang 1 (First wave coffee)


Kopi Instan pada 1st Wave Coffee. Sumber : Ottencoffee
Gelombang pertama budaya kopi ini terjadi pada abad 18 sampai akhir 19an. Pada first wave ini melibatkan konsumsi kopi secara masal di seluruh dunia. Gelombang ini adalah kemunculan awal penikmat kopi. Kopi dianggap sebagai bahan konsumsi yang diproduksi secara massal baik itu dari mulai penanaman, roasting sampai pengemasannya. Pada periode ini konsumen yang mengonsumsi kopi tidak memikirkan secara detail mengenai kopi apa yang mereka minum. Masyarakat hanya menikmati kopi --simply just coffee. 


Salah satu jenis coffee drip machine  sederhana



Pada periode ini juga bermunculan kopi-kopi instan dalam kemasan baik itu kalengan atau plastik, sehingga konsumen tidak membutuhkan peralatan canggih untuk menikmati kopi. Pada akhir masa ini pula muncul automatic drip pertama. Mesin tersebut membantu penyeduhan kopi menggunakan mesin sehingga masyarakat hanya perlu mengisi air pada mesin saja untuk menikmati kopi.

Kegiatan menyangrai kopi (roasting) secara tradisional
Indonesia sendiri sampai saat ini masih sangat kental berada dalam budaya 1st wave coffee. Terbukti dengan masih banyaknya kebutuhkan masyarakat akan kopi instan yang sangat mudah diperoleh di manapun. Warung-warung kopi yang berada di sekeliling kita juga masih menggunakan kopi instan atau kopi 'kiloan' dalam proses bisnisnya. Hal ini sangat wajar karena aliran 1st wave coffee merupakan pembantuk utama budaya ngopi di Indonesia. Petani-petani tradisional masih sangat menghargai pembuatan kopi secara manual dan erat dengan peralatan sederhana di domisili nya. Bahkan untuk beberapa daerah di Indonesia, kopi seringkali dicampur dengan jagung atau bahan makanan lainnya untuk memperkaya rasa kopi yang dinikmati.



2. Gelombang 2 (Second wave coffee)


Gelombang ini dimulai pada akhir 90an. Rasa yang 'tidak cukup enak' dalam proses menikmati kopi di gelombang 1 memunculkan kebutuhan untuk membuat kopi yang lebih baik. Pada masa ini masyarakat menginginkan pengalaman berbeda dari konsumsi kopi yang secara umum hanya 'menubruk' kopi dengan air panas. Oleh karenanya muncul coffee shop yang mengandalkan 'seni' dalam pembuatan kopi. Beragam jenis kopi juga diakui dalam periode ini, begitupula jenis roasting apa yang digunakan. Minuman berbasis esspresso seperti cappuccino, latte dan sebagainya mulai populer pada masa ini. Starbucks berkembang pesat dalam periode ini. Masyarakat dimanjakan dengan pengalaman citarasa kopi dengan level yang lebih tinggi dan peralatan besar yang canggih.

Esspresso, si 'magic liquid'.



Di masa ini konsumen mulai diberikan pengalaman mencicipi jenis kopi dengan roasting yang berbeda-beda seperti medium atau dark roast. Namun penyajian kopi tersebut diserahkan sepenuhnya kepada produsen kopi, dalam hal ini penjual. Oleh karena itu pada masa ini konsumen 'dimanjakan' dengan tampilan kopi yang cantik, gurih dan lebih beragam jenisnya. Pada saat ini masyarakat Indonesia banyak menggandrungi second wave coffee. Coffee shop seperti Starbucks banyak menjadi coffeeshop favorit yang dijadikan pilihan oleh masyarakat untuk menikmati kualitas kopi yang lebih baik. Dari sini pula muncul beragam sajian kopi dari mulai kopi hitam/ long black sampai varian minuman kopi menggunakan bahan-bahan lainnya seperti caramel, mocha, coklat, dan lainnya.

Indonesia tampaknya agak 'terlambat' memasuki aliran second wave coffee ini. Berbeda dengan di Amerika, Inggris bahkan Itali yang sudah populer pada abad 19an, baru di akhir tahun 2000an second wave coffee menjadi populer di Indonesia.
Namun, masyarakat Indonesia sangat menikmati kualitas rasa yang dihasilkan dari second wave coffee ini. Terbukti dengan masa kemunculan Starbucks di Indonesia, makin banyak orang yang mengklaim dirinya penikmat kopi. Semakin banyak pula produsen kopi yang bermunculan dengan banyaknya coffee shop yang menjamur. Kebutuhan barista di Indonesia semakin meningkat seiring dengan penggemar kopi yang semakin meningkat. Kopi tidak hanya dipandang sebagai bahan makanan untuk orang dewasa saja, bahkan anak muda sangat menyenangi jenis kopi ini.



3. Gelombang 3 (Third wave coffee)


Brewing menggunakan Kalita Wave
Gelombang ini dimulai pada awal 2000an, sampai saat ini. Ternyata kebutuhan ngopi masyarakat tidak selesai sampai penyajian kopi melalui peralatan canggih untuk memunculkan kopi yang 'enak'. Melalui scientific methods tertentu, ternyata masyarakat dapat memperoleh pengalaman ngopi yang jauh lebih 'enak' dari pada di gelombang 2. Gelombang ini lebih menekankan kepada karakter masing-masing biji kopi dan metode yang digunakan dalam penyeduhan. Pada gelombang sebelumnya, cara pour over, esspresso atau french press merupakan cara-cara yang paling populer dalam menikmati kopi. Di periode ini, para penikmat dan 'scientist' kopi menemukan cara yang lebih sophisticated dan 'terukur' dalam pembuatan kopi. Semua itu dilakukan tidak lain untuk menikmati kopi yang lebih enak dari pada sebelumnya.
Pada periode ini bermunculan metode 'manual brewing' yang melibatkan peralatan khusus dalam penyeduhan kopi. Sebut saja : V60, Chemex, Aeropress, Kalita Wave bahkan bermunculan teknik penyeduhan lainnya seperti cold brew yang menggunakan air dingin untuk membuat minuman kopi. Metode-metode tersebut melibatkan seni dan ilmu sains yang sangat terukur untuk menciptakan kopi yang enak. Oleh karena itu 'tweak' untuk temperatur air, kehalusan grinding, pressure dan variabel lainnya sangat diperhatikan dalam aliran third wave coffee ini. Para penikmat third wave coffee lebih 'menghargai' pembuatan kopi dibandingkan dengan hasil akhir dan tampilan sajian kopi itu sendiri.
Dalam periode ini, konsumen dimanjakan dengan beragam karakteristik kopi yang dimungkinkan terjadi dalam sekantong coffee beans. Namun, aliran gelombang 2 atau secondwave coffee juga tidak serta merta ditinggalkan dalam periode ini. Alat canggih seperti grinder (alat penggiling kopi) masih sangat berpengaruh dalam periode ini. Bedanya, kualitas kopi yang dihasilkan jauh lebih 'detail', tidak hanya enak tapi 'filosofis'.

Salah satu metode pembuat kopi : Chemex.



4. Gelombang 4 (Fourth Wave Coffee)

Apakah gelombang 4 dalam proses bisnis kopi ini akan muncul? Kita lihat saja nanti. Yang pasti, pada periode ini penikmat kopi akan jauh menghargai proses pembuatan kopi dari mulai planting sampai hasil yang diperoleh ke cangkir di tangan anda. Proses ini dilihat sangat 'transparan' sehingga konsumen akan jauh lebih berperan dalam pengalaman menikmati kopi dari pada periode sebelumnya. Dari mulai petani kopi, roaster, barista sampai penikmat kopi sangat dihargai eksistensinya terutama skill nya. Sebenarnya gelombang ini sudah mulai dirasakan dari kemunculan third wave coffee. Namun periode ini akan jauh lebih mengintegrasikan proses bisnis kopi dari hulu ke hilir sehingga lebih memajukan industri kopi itu sendiri.



Nah, kira-kira kita sedang pada periode apa ya dalam menikmati secangkir kopi? Tentu tidak ada keharusan bahwa penikmat kopi sejati harus mencapai fase tertentu. Bahkan antara gelombang yang satu dan yang lainnya bukan merupakan periode yang terpisah, tetapi masih beririsan satu sama lain. Gelombang atau coffee waves ini pada dasarnya menyempurnakan pengalaman kopi dari periode sebelumnya. Dengan kemajuan teknologi dan sains yang semakin mumpuni, tidak mustahil di periode-periode berikutnya pengalaman menikmati kopi jauh lebih 'ajaib' dan canggih.

Selamat ngopi!





Thursday, June 9, 2016

Bialetti Brikka, si pembuat espresso tanpa listrik.



Brikka By Bialetti



Sudah beberapa bulan lamanya ngidam pengen punya Moka Pot, akhirnya saya memberanikan diri untuk beli alat penyeduh kopi manual : Brikka dari Bialetti. Setelah searching-searching tentang alat brewing manual yang mampu bikin espresso dengan crema yang oke, akhirnya tercetuslah Bialetti Brikka untuk jadi pilihan saya. Terdapat beberapa pilihan kapasitas mokapot antara lain 2 cup, 4 cups sampai 6 cups

Bialetti Brikka adalah alat penyeduh kopi buatan Itali yang emang nge'hits' banget di kalangan pecinta kopi, terutama yang pengen mainan kopi tanpa harus mengeluarkan biaya mahal untuk bikin espresso. Apa yang membedakan Moka Pot ini dengan yang lainnya? Bialetti Brikka ini punya valve di bagian atasnya sehingga kopi yang dihasilkan punya kualitas crema yang cukup baik dibandingkan dengan moka pot biasa. Valve yang ada pada Brikka membuat pressure dari proses brewing itu sendiri sehingga menghasilkan crema yang cukup tebal dan bertahan lumayan lama.

Mokapot with valve system
Tapi tentu, kita gak bisa menyamakan kualitas crema Brikka dengan crema yang dihasilkan dengan mesin espresso. Bagaimanapun juga dalam membuat kopi dengan manual brewer banyak variabel yang harus kita kontrol antara lain suhu, pressure, air dan lama penyeduhan. Variabel tersebut memang mudah kita kontrol dengan mesin espresso.   Tapi saya rasa Brikka ini cukup oke dalam meminimalisasi kegagalan dalam pembuatan espresso asal kita melakukan penyeduhan sesuai dengan manualnya.


Batas air perlu diperhatikan dalam pengisian wadah air mokapot ini. Hal ini akan berpengaruh kepada kualitas espresso yang dihasilkan. Dengan jumlah air yang tepat, kekentalan espresso akan dapat diperoleh dengan baik. Begitu pula crema nya. Selain itu perlu juga memperhatikan besar api saat memasak kopi di atas Brikka ini.

batas air untuk dimasukkan ke chamber air.

komponen Moka Pot : chamber air, filter, server

Crema yang dihasilkan dari system valve Brikka, tentu lebih sedikit dari batas air yang kita gunakan

enjoy the espresso

Crema yang dihasilkan cukup baik, meskipun kita tidak bisa membandingkannya dengan crema yang dihasilkan oleh mesin espresso.  
Sempat penasaran bagaimana espresso yang dihasilkan oleh mokapot diracik menjadi cappuccino. Ternyata hasilnya memuaskan.

Untuk anda yang ingin mencoba pengalaman pembuatan espresso tanpa mesin kopi mahal, tampaknya moka pot brikka menjadi alat yang tepat untuk memperolehnya dengan harga terjangkau.

Cappuccino dengan Mokapot Brikka


Thursday, March 10, 2016

Brewing Sahlgoods's Coffee dengan French Press




Beberapa hari yang lalu teman saya dengan baik hati memberikan beberapa sampel produknya untuk saya coba di rumah. Mereka punya brand SahlGoods yang sebenarnya dimulai dengan bisnis keramik baik itu untuk mug, mangkuk, cangkir dll. Namun sekarang mereka melebarkan bisnisnya ke kopi. Silakan buka www.sahlgoods.com untuk berkunjung ke website mereka.







Sebenarnya kopi yang mereka kemas sudah grinded. Tingkat kehalusannya medium coarse sehingga menurut saya lebih enak diseduh dengan french press.
Saya menggunakan teko french press yang berkapasitas 600 ml. Menggunakan timbangan dan termometer, saya menggunakan 50 gr kopi untuk 550 ml air panas dengan suhu 90 derajat C. 

Tunggu selama 4 menit, tekan, kopi nikmat siap dicicipi.







Thursday, February 25, 2016

Menikmati V60 Gayo Atu Lintang dari Otten Coffee


Malam tadi saya sempat mencoba menyeduh kopi Aceh Gayo dengan metode V60. 26 gram kopi gayo langsung saya grind menggunakan hand grinder dari Hario. Memang agak melelahkan, tapi worth it dengan rasa yang diperoleh. Next time kalau ada rejeki saya ingin punya grinder khusus manual brewing nih, any idea?

Saya menggunakan komposisi yang tidak terlalu pekat, perbandingannya 26 gram kopi ditambahkan 340 gr air panas.

Selamat menikmati.

Wednesday, February 24, 2016

The Idiot's Guide to Smarter Coffee Drinking


Ngopi asik di Common Grounds, Bandung

Ini adalah kali pertama kali datang ke Common Ground Bandung. Saya memfollow beberapa professional Barista di Instagram karena saya tertarik dengan cara mereka membuat kopi yang enak. Saat ini salah satu barista yang saya follow, Ben Morrow dan Matt Perger sedang berada di Jakarta untuk me-launch project coffee shop terbaru nya St. Ali. Saya yakin pasti kualitas kopi yang dihasilkan oleh tangan sekaliber mereka sangatlah lezat.

Belakangan saya ketahui bahwa St. Ali Jakarta bekerja sama dengan Common Ground, which is memiliki salah satu cabang di kota Bandung. Bahkan kedua orang bule tesebut sempat bermain-main dengan kopi nya di Common Ground Bandung.

Penasaran? Yuk kita intip dekorasinya.

Common Ground, Jl. Setiabudi no 49 Bandung
Dari luar, kesan yangdidapat dari tempat ini begitu clean, modern dan sophisticated. Ternyata benar, saya disambut oleh waiter yang sangat ramah (wondering, was he the owner of this place?). Saya dipersilakan duduk dan langsung disodori menu minuman dan makanannya. Awalnya saya bingung dengan tata cara order di tempat ini karena coffee shop yang biasa saya datangi biasanya bayar duluan baru duduk. Mungkin karena mereka juga menyediakan menu makanan yang cukup beragam sehingga pengunjung diberikan waktu untuk duduk dan melihat menu makanannya dengan lebih santai. Too bad I didn't took the picture of the menu.






Saya memesan Cappucinno dan Cafe Latte saat itu. Rasanya? Sangat enak. Common Ground me-roasting sendiri biji kopi home blend dengan brand nya sendiri baik itu dari dalam negeri maupun luar negeri. Tidak heran kalau kualitas kopi nya baik dan jelas ini bukan coffee shop 'kacangan'.






Saya sempat memilih biji kopi untuk saya bawa pulang. Akhirnya saya memilih Cloak & Dagger for espresso dari Common Ground. Review nya silakan baca setelah posting saya ini. Satu hal yang sangat saya senangi dari common ground adalah kami diajak menikmati biji kopi lainnya oleh barista perempuan yang sangat baik. Senang sekali kita mendapatkan 1 gelas tambahan kopi gratis.. dan langsung dari tangan baristanya sendiri. Sensasi ngopi sangat berbeda ketika kita diceritakan bagaimana rasa/ notes kopi tersebut langsung dari barista nya. 

Menyenangkan sekali datang ke Common Ground ini, mudah-mudahan saya bisa mencoba juga St. Ali yang ada di Jakarta. Next time maybe!

Comments system

Disqus Shortname